300x250 AD TOP

Powered by Blogger.

Thursday, 21 August 2014

Tagged under:

Tes Batas Cair Liquid Limit Tanah



Tes batas cair tanah ( liquid limit )  ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair.

Batas cair ialah kadar air batas dimana suatu tanah berobah dari keaadan cair menjadi keadaan plastis.

Peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tes batas cair ( liquid limit ) tanah adalah:

a.  Alat batas cair standard.

b.  Alat pembuat alur ( grooving tool ).

c.  Sendok dempul ( Spatula ).

d.  Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.

e.  Neraca denganketelitian 0,01 gram.

f.  Cawan kadar air minimal 4 buah.

g.  Spatula dengan panjang 12,5 cm.

h.  Botol tempat air suling.

i. Air suling.

j. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai
( 110 ± 5 )º C.

Benda uji yang yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan tes batas cair tanah adalah:  
Benda uji berupa tanah dapat dipersiapkan dengan carasebagai  seperti berikut:

a.  Jenis – jenis tanah yang tidak mengandung batu dan hamper semua butirannya lebih halus dari saringan 0,42 mm . Dalam hal ini benda uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan 0,42 mm .

b. Jenis – jenis tanah yang mengandung batu, atau mengandung banyak butiran yang lebih kasar dari saringan 0,42 mm. Keringkan cotoh diudara sampai bias disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan ,42 mm.

Cara melakukan Tes batas cair ( liquid limit ) adalah :
a.  Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalm pelat kaca pengaduk.

b. Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan menambah air suling sedikit demi sedikit, sampai homogen.

c.  Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda uji ini dan diletakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaan sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal harus ± 1 cm.

d.  Buatlah alur dengan jalanmembagi dua benda uji dalam mangkok itu, dengan menggunakan alat pembuat alur ( grooving tool ) melalui garis tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur ( grooving tool ) tegak lurus permukaan mangkok.

e.  Putarlah alat edemikian, sehingga mangkok naik / jatuh dengan kecepatan 2 putaran per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda uji bersinggungan sepanjang kira – kira 1,25 cm dan catat jumlah pukulannya pada waktu bersinggungan.

f.   Ulang ( c ) sampai dengan ( e ) beberapa kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan apakah pengadukan contoh sudah betul – betul merata kadar airnya. Jika ternyata pada 3 kali percobaan telah diperoleh jumlah pukulan ± sama, maka ambillah benda uji langsung dari mangkok pada alur, kemudian masukkan kedalam cawan yang telah dipersiapkan. Maka periksalah kadar airnya.

g.  Kembalikan benda uji keatas kaca pengaduk, dan mangkok alat batas cair bersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah kadar airnya. Kemudian ulangi langkah ( b ) sampai ( f ) minimal 3 kali berturut – turut dengan variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 – 10.

Perhitungan batas cair ( liquid limit ) tanah

Hasil hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedang besarnya kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.
Buatlah garis lurus melalui titik titik itu. Jika ternyata titik – titik yang diperoleh tidak terletak pada suatu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat titik –titik tersebut. Tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan 25 dan kadar air inilah yang merupakan batas cair ( liquid limit ) dari benda uji tersebut.

Hal – hal yang sebaiknya diperhatikan dalam melaksanakan tes batas cair ( liquid limit ) tanah : Â
a. Alat – alat yang dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan harus dalam keadaan bersih dan kering.

Periksa tinggi jatuh mangkok alat batas cair apakah sudah tepat 1,0 cm mangkok ini harus bersih, kering dan tidak goyang.
Alat pembuat alur harus bersih , kering dan tidak aus.
Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian ditimbang untuk menentukan beratnya.
b.  Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk dan kadang – kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukkannya akan berobah sifat. Agar pengadukkan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat,maka adukan disimpan dulu dan disimpan dulu dan ditutup rapat dengan kain basah atau contoh yang telah disiapkan direndam dulu selama 24 jam.

c.  Beberapa jenis lempung menunjukkan bahwa pada waktu pemukulan ternyata bersinggungan alur disebabkan karena kedua bagian massa tanah diatas mangkok bergeser terhadap permukaan mangkok, sehingga jumlah pukulan yang didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalh jika proses berimpitnya dasar alur disebabkan massa tanah seolah – olah mengalir dan bukan karena bergeser. Karena terjadi pergeseran, maka percobaan harus diulangi beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak dapat diperoleh.

d.  Srlama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu, benda uji tidak boleh dibiarkan mengering atau terjadi perubahan kadar air.

e.  Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara 40 – 30, 30 – 20, 20 – 10, sehingga akan diperoleh 3 titik.


f.  Alat pembuat alur Casagrande dipergunakan untuk tanah kohesive. Alat pembuat alur ASTM untuk tanah yang kepasiran.

SEMOGA BERMANFAAT Sumber : ilmisipil
Tagged under:

Cara surveyor mengukur kolom gedung

   
        Kolom gedung adalah bagian tiang srukutur bangunan yang diletakan pada titik-titik tertentu sealigus berfungsi sebagai garis as gedung bagi uitzet. keberadaanya sangat penting dan perlu diperhatikan dari segi penggunaan bahan material, metode pelaksanaan sampai dengan pengukuran yang pas. Mengingat sangat fitalnya fungsi kolom ini maka angka toleransi maksimal kesalahan dalam mengukur adalah 1mm.
      Disini kita akan coba menjelaskan tentang cara surveyor mengukur kolom gedung. Sebelumnya kita gali terlebih dahulu bagaimana sebenarnya syarat pengukuran kolom yang baik dan apa saja alat yang dibutuhkan untuk mengukur.

 Syarat ukuran kolom yang baik
 1. Tegak, tidak miring karena dapat menyebabkan gedung miring, retak atau bahkan runtuh.
2. Berada pada titik rencana, tidak bergeser atau meleset.
3. Ketinggian kolom sesuai elevasi rencana, pembuatan kolom beton bertulang yang lebih tinggi dari rencana berarti ada pekerjaan bobok beton, pembuatan kolom beton yang lebih rendah dari tinggi rencana berarti harus melakukan cor ulang untuk menyambung.

Macam-macam istilah dalam pengukuran kolom gedung
 - As kolom adalah titik pusat tempat kolom berdiri.
 - Garis pinjaman, bisa berupa garis sejauh 1 m dari as kolom,sedangkan pinjaman elevasi bisa berupa garis setinggi 1m dari finishing lantai. Pinjaman berfungsi untuk mempermudah pengukuran.
- Elevasi adalah ketinggian bagian bangunan.

 Peralatan untuk mengukur kolom Water pass atau teodolit. Rambu ukur
1. Sipatan lengkap dengan benang dan tinta hitam.
2. Sikat untuk membersihkan beton sebelum disipat.
3. Meteran.
4. Pensil.
5. Unting-unting untuk mengukur ketegakan kolom.
 Dan alat lainya menyesuaikan kebutuhan

. Cara surveyor mengukur kolom gedung
 1. Menyiapkan semua peralatan ke lokasi kolom yang akan diukur.
2. Membaca gambar shopdrawing untuk melihat letak posisi kolom, bentuk dan ukuranya.
3. Memasang teodolit tepat diatas garis pinjaman tegak lurus dengan lantai dibawahnya, menyetel alat sehingga benar-benar tegak, datar dan siku dar garis pinjaman bangunan.
4. Membidik teodolit pada area kolom yang akan diukur, surveyor lainya memegang pensil untuk diarahkan posisi titik yang pas sesuai hasil bidikan teodolit sehingga ditemukan dua titik rencana garis pinjaman.
5. Menyipat dua titik pinjaman dengan alat sipatan sehingga membentuk garis pada lantai beton.
6. Mengukur posisi kolom berdasarkan garis pinjaman, jika pinjaman 1 m maka posisi as kolom adalah sejauh satu meter dari garis pinjaman.
7. Setelah penentuan titik kolom selesai maka bisa dilanjutkan dengan pemasangan besi tulangan dan bekisting. Lalu mengecek jarak bekisting dari garis pinjaman apakah sudah sesuai atau belum.
8. Pengukuran ketegakan bekisting dengan unting-unting pada dua sisi yang berbeda.
9. Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang pas dan benar-benar tegak maka bisa dilakukan pekerjaan pengecorann, pengukuran tinggi kolom saat pengecoran bisa dilakukan dengan cara mengukur sisa cor dari puncak kolom.

SEMOGA BERMANFAAT sumber : ilmu sipil